Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Pendidikan Guru Penggerak Modul 1.1
Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Pendidikan Guru Penggerak Modul 1.1
Oleh : Harry Widhiarto / CGP Angkatan 7, Kabupaten Pekalongan
Lokakarya CGP Angkatan 7, Kabupaten Pekalongan |
Jurnal refleksi merupakan salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian, dengan jurnal refleksi pendidik dapat mengaitkan antara teori dan praktik serta mengevaluasi sebuah pemikiran kritis. Dalam dunia pendidikan jurnal refleksi berfungsi sebagai cerminan dalam memahami suatu teori dan praktik, sehingga dengan adanya jurnal refleksi akan menjadikan lebih baik lagi, baik itu dari segi pemikiran atau mindset, perilaku, dan gaya belajar.
Program guru penggerak yang dicetuskan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim ini merupakan suatu terbosan baru di dunia pendidikan dalam hal ini adalah pengembangan profesi melalui pelatihan dan pengembangan diri yang berfokus pada kepemimpinan pembelajaran agar mampu mendorong tumbuh kembang peserta secara holistic, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidikan lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar pancasila.
Di dalam pelaksanaan tugas jurnal refleksi dwi mingguan ini, saya menggunakan model 4F, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. Beliau adalah ahli pendidik dan fasilitator. Model yang dikenalkan oleh beliau adalah sebagai berikut:
1. Facts (Peristiwa) : Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat aksi nyata ke dalam kelas ? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut?
2. Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang membuat Anda memiliki perasaan tersebut.
3. Findings (Pembelajaran) : Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini ? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?
4. Future (Penerapan) : Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan ? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini?
Dibawah ini adalah hasil refleksi yang telah saya lakukan :
Lokakarya CGP Angkatan 7, Kabupaten Pekalongan |
1. Facts (Peristiwa)
Berawal dari rasa penasaran saya tentang program Guru Penggerak ini, saya memberanikan diri untuk mendaftar sebagai Calon Guru Penggerak, pada saat itu di CGP Angkatan 5, namun di Angkatan 5 saya gagal lolos seleksi, ketika ada program guru penggerak angkatan 7 saya mencoba lagi untuk mendaftar, hingga akhirnya saya lulus seleksi tahap I, dan Tahap II.
Pada awalnya menjadi CGP pikir saya sangat memberatkan, pikir saya pasti banyak tugas-tugas yang akan banyak menyita waktu saya. Hingga tiba saat Lokakarya 0, semua CGP Angkatan 7 dikumpulkan, pada saat itu kami dikumpulkan menjadi satu, seluruh CGP Angkatan 7 Kabupaten Pekalongan di SMPN 2 Kedungwuni. Serangkaian acara mulai dari pembukaan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan hingga kami di kelompokkan untuk satu ruangan dengan kelas masing-masing.
Bertemu dengan Guru-guru HEBAT dan LUAR BIASA, ternyata ilmu saya selama ini masih belum ada apa-apanya dibandingkan dengan rekan-rekan, bertemu dengan Pengajar Praktik Ibu Sukeni dan Bapak Prapto yang luar biasa hebat menjadi salah satu anugrah bagi saya, bisa menimba ilmu yang lebih dan lebih dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
Lokakarya CGP Angkatan 7, Kabupaten Pekalongan |
2. Feeling (Perasaan)
Banyak ilmu-ilmu pendidikan yang saya dapatkan selama kurang lebih dua minggu saya menjadi CGP angkatan 7, filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang saya pikir hanya sebatar TUT WURI HANDAYANI, ternyata masih banyak hal yang belum saya ketahui tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara, dari Modul 1.1 pikiran saya mulai tercerahkan, ternyata banyak pemikiran saya yang salah selama ini. Salah satunya adalah tentang teori TABULARASA, Ki Hadjar Dewantara sangat menentang adanya teori tersebut, pemikiran beliau adalah bahwa setiap anak sudah mempunyai kodratnya masing-masing, sehingga seorang pendidik hanya bisa menuntun tumbuh dan kembangnya peserta didik.
Membaca dan mempelajari Modul 1.1 tentang pemikiran filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara, perasaan saya adalah merasa haru, betapa besar dan gigihnya perjuangan Ki Hadjar Dewantara untuk memperjuangkan pendidikan di Indonesia, maka benar saja, tidak salah jika beliau dijadikan Bapak Pendidikan Indonesia karena jasa-jasanya di bidang pendidikan dan pemikirannya untuk memajukan pendidikan di Indonesia.
Lokakarya CGP Angkatan 7, Kabupaten Pekalongan |
3. Findings (Pembelajaran)
Filosofi Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan sungguh luar biasa, dari mempelajari Modul 1.1 saya bisa belajar dan mempelajari, salah satu yang menarik adalah Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan bahwa pendidik sebagai seorang petani, seorang petani tidak bisa merubah kodrat tanaman, misalnya tanaman padi, sampai kapanpun yang namanya tanaman padi tetaplah tanaman padi tidak bisa berubah menjadi kedelai atau yang lainnya. Petani hanya bisa mengolah tanah pertanian, memberi pupuk dan sebagainya, dengan harapan akan mendapatkan panen padi yang melimpah.
Dari contoh tersebut, mindset saya mulai berubah ternyata pendidik harus bisa menuntun, mengembangkan bakat dan minat, memberi motivasi peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mendapatkan manfaat dan dapat berguna di masyarakat.
Selain itu, pemikiran Ki Hadjar Dewantara juga memaparkan bahwa kodrat anak adalah bermain, dari pemikiran tersebut maka hendaknya pendidik dalam proses pembelajaran, harus memperhatikan dari karakter peserta didik. Cara belajar peserta didik tidak bisa disama ratakan, masing-masing peserta didik mempunyai cara belajarnya sendiri.
4. Future (Penerapan)
Mindset saya sebelum mengikuti CGP Angkatan 7 ini adalah pembelajaran yang berpusat pada Guru atau Pendidik. Setelah mempelajari modul 1.1 ini saya berupaya untuk terus berinovasi dalam hal pembelajaran, membuat media-media pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Pembelajaran yang berhamba pada siswa adalah salah satu yang diharapkan dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
Pembelajaran yang menyenangkan, menyesuaikan dengan kodrat zaman adalah satu kesatuan dalam proses pembelajaran, dengan metode pembelajaran yang menyenangkan seperti permainan akan membuat peserta didik tidak merasa dibawa untuk belajar, namun peserta didik akan kembali ke kodratnya yaitu bermain, namun disaat mereka bermain secara tidak sadar peserta didik mengalami proses belajar, berpikir kritis, menganalisa, kreatif, berani berpendapat dan berbudi pekerti luhur.
Belum ada Komentar untuk "Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Pendidikan Guru Penggerak Modul 1.1"
Posting Komentar