2.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.2
-
Sebelum saya mempelajari modul ini, saya berpikir pembentukan kompetensi sosial emosional murid akan terbentuk dengan sendirinya tanpa campur tangan dari guru. Pemikiran semacam itu menjadikan pembelajaran saya hanya berfokus untuk menyelesaikan materi pelajaran yang tertuang dalam kurikulum. Setelah mempelajari modul tentang Kompetensi Sosial dan Emosional, ternyata membentuk kompetensi sosial dan emosional murid sangatlah penting dan perlu dilakukan, hal ini dikarenakan untuk melakukan pembelajaran yang benar-benar berpihak pada murid, melakukan pembelajaran sosial dan emosional kepada murid, guru dapat mengetahui kesiapan murid, ketertarikan murid pada pembelajaran.
Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di kelas atau sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being), 3 hal terpenting dan sangat mendasar yang telah saya pelajari adalah 5 Kompetensi Sosial Emosional, Kesadaran Penuh (Mindfulness), dan Kesejahteraan Psikologis (Well Being)
Berkaitan dengan hal diatas, perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah :
Bagi murid-murid
Satuan pendidikan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada murid untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksi kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan responsif dengan perkembangan budaya serta mengintegrasikan kompetensi sosial dan emosional ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran.
Bagi rekan sejawat
Belajar dan menjadi teladan (memodelkan), serta membangun kolaborasi
Melakukan kolaborasi oleh semua warga sekolah dalam menerapkan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE), dalam Proses Kolaborasi ini murid, pendidik, dan tenaga kependidikan di sekolah diharapkan dapat menerapkan serta mengimplementasikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat sehingga dapat memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri), menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri), merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial), membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi), membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Kesadaran Diri
Pada aspek kesadaran diri semua warga sekolah baik itu murid, guru maupun tenaga kependidikan mampu untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan. Kesadaran Diri diharapkan dapat mengembangkan identitas pribadi dan identitas sosial, dapat mengidentifikasi kekuatan/aset diri dan budaya, mampu mengidentifikasi emosi dalam diri, menunjukkan integritas dan kejujuran, mampu menghubungkan perasaan, pikiran, dan nilai-nilai diri, menguji dan mempertimbangkan prasangka, memiliki pola pikir bertumbuh, mengembangkan minat dan menetapkan arah tujuan hidup, manajemen Diri
Kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi.
Mengelola emosi diri, mengidentifikasi dan menggunakan strategi-strategi pengelolaan stres, menunjukkan disiplin dan motivasi diri, merancang tujuan pribadi dan bersama, menggunakan keterampilan merancang dan mengorganisir, memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif, mendemonstrasikan kendali diri dan dalam kelompok
Kesadaran Sosial
Kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda. Mempertimbangkan pandangan dan pemikiran orang lain, mengakui kemampuan dan kekuatan orang lain, mendemonstrasikan empati dan rasa welas kasih, menunjukkan keprihatinan atas perasaan orang lain, memahami dan mengekspresikan rasa syukur, mengidentifikasi ragam norma sosial, termasuk dengan norma-norma yang menunjukkan ketidakadilan
Keterampilan Berelasi
Kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dan suportif, berkomunikasi dengan efektif, mengembangkan relasi dan hubungan positif, memperlihatkan kompetensi kebudayaan, mempraktikkan kerjasama tim dan pemecahan masalah secara kolaboratif, dapat melawan tekanan sosial yang negatif, menunjukkan sikap kepemimpinan dalam kelompok, mencari dan menawarkan bantuan apabila membutuhkan, turut membela hak-hak orang lain
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
Kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok. Menunjukkan rasa ingin tahu dan keterbukaan pikiran, mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah pribadi dan sosial, belajar membuat keputusan beralasan/masuk akal, setelah menganalisis informasi, data dan fakta, mengantisipasi dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya, menyadari bahwa keterampilan berpikir kritis sangat berguna baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.
Kesadaran Penuh (Mindfulness)
Pembelajaran sosial dan emosional dikembangkan dengan menggunakan pendekatan kesadaran penuh (Mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 kompetensi sosial dan emosional yang akan memunculkan perasaan tenang, stres berkurang, pikiran menjadi jernih, dan fokus serta menjadi semangat dalam belajar.
Kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan keadilan. Kesadaran penuh (Mindfulness) sebagai dasar penguatan lima kompetensi sosial dan emosional. Praktik kesadaran penuh dapat dilakukan dengan menggunakan teknik STOP.
Kesejahteraan Psikologis (Well Being)
Suatu kondisi individu yang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan diri.
Kaitan Pembelajaran Sosial Emosional dengan Filosofi KHD
Dengan pembelajaran sosial emosional guru dapat menciptakan well being dalam ekosistem pendidikan di sekolah, Sehingga menciptakan kondisi yang nyaman, sehat, dan bahagia. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yakni menuntun kodrat anak agar mencapai keselamatan yang setinggi-tingginya sehingga anak akan senang dan semangat dalam proses belajarnya.
Kaitan Pembelajaran Sosial Emosional dengan Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak
Dalam pembelajaran sosial dan emosional, guru dapat menumbuhkan nilai dan peran pada guru dan murid dalam pengelolaan emosi sehingga nilai kemandirian dan pembelajaran yang berpusat pada murid serta peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorong kolaborasi dapat tercapai dan berjalan seimbang.
Kaitan Pembelajaran Sosial Emosional dengan Visi Guru Penggerak
Dalam pembelajaran sosial emosional dapat mewujudkan visi yang diharapkan dengan melakukan prakarsa perubahan dengan memberikan pembelajaran kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sehingga diharapkan dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
Kaitan Pembelajaran Sosial Emosional dengan Budaya Positif
Dalam pembelajaran sosial dan emosional , guru dan murid dapat mengenali dan memahami emosi masing-masing sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, aman, dan nyaman yang berpengaruh dalam penerapan budaya positif baik berupa disiplin positif maupun keyakinan kelas dengan sebaik mungkin sesuai dengan kesadaran diri dan manajemen diri.
Kaitan Pembelajaran Sosial Emosional dengan Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam pembelajaran sosial emosional guru dapat melakukan pembelajaran dengan mengidentifikasi perasaan dan emosi. Hal ini sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi yang memetakan kebutuhan murid diantaranya kesiapan murid, minat, dan profil belajar murid dengan menggunakan strategi diferensiasi konten, proses, dan produk, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan murid agar pembelajaran semakin menyenangkan dan dapat mewujudkan merdeka belajar.
Salam dan Bahagia
Belum ada Komentar untuk "2.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.2"
Posting Komentar